Selasa, 19 Februari 2013

Iskandar zulkarnaen

ZULKARNAIN dalam Bahasa Arab yang dalam Bahasa Indonesianya berarti “bertanduk dua” atau mempunyai dua tanduk. Sebuah gelar yang mengacu kepada hewan sapi misalnya, yang mempunyai senjata alat bela diri berupa dua tanduk di kepalanya. Tokoh yang mempunyai nama asli Iskandar, atau dalam ungkapan Barat disebut Alexander, kisah keberhasilannya menyatukan dua dunia Barat dan Timur dimuat dalam Al Qur’an surat Al Kahfi. Iskandar Zulkarnain, Alexander The Great atau Alexander Agung yang hidup 356-326 sebelum kelahiran Nabi Isa, salah seorang Maharaja Macedonia, Yunani Kuno. Ayahnya Raja Philip putra Amytas II. Pada usia 13, selama dua tahun berguru pada Aristoteles (384-322 SM), seorang filusuf kenamaan yang dikenal hingga kini. Pada usia 19 tahun, Iskandar sudah dilantik sebagai Raja (336 SM).

Kisah Zulkarnain melegenda di dunia dan selalu dikaitkan dengan kebesaran, kekuasaan dan kebijaksanaan. Allah menurunkan firman tentang Zulkarnain antara lain menjawab pertanyaan kafir Quraisy yang ingin menguji kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW. Orang Mekkah pra-Islam sesungguhnya tidak tertarik dengan kisah ini karena mereka adalah masyarakat “picik” yang kurang dikenal dalam pergaulan dunia. Pertanyaan tentang Alexander dan pemuda pengelana Ashabul Kahfi merupakan titipan orang Yahudi di Madinah. Mereka lah yang tertarik dengan kisah ini. Ternyata jawaban Al Quran jauh lebih dari yang mereka butuhkan.

Iskandar Zulkarnain memang pribadi yang bisa dijadikan uswah bagi umat manusia. Usianya yang muda dengan kekuasaan yang besar dan bekal ilmu yang cukup, mendukung ambisinya yang kuat untuk mengembangkan keluhuran nilai kemanusiaan. Dalam masa pemerintahannya yang hanya sepuluh tahun, Iskandar mampu mengembangkan daerah kekuasaannya dari Barat (pantai Samudera Atlantik) sampai ke Timur (tepi Samudera Pasifik). Dalam Al Quran diungkap sebagai maghribassyamsi, tempat terbenam matahari dan mathli’assyamsi, tempat terbit mataharSekarang ini dikenal dengan Maroko dan Spanyol di ujung barat  dan India serta Cina di ujung Timur.

Sukses Alexander dalam masa kerja 10 tahun ini, terbukti merupakan periode ideal setiap pemimpin menduduki kursi yang sama. Rasulullah SAW sendiri masa efektif kerasulannya di Madinah ternyata juga hanya sepuluh tahun. Kendati menaklukkan negara lain, Zulkarnain tidak serta-merta menghancurkannya sebagaimana umumnya yang dilakukan penjajah. Tapi dia malah menjalin kerja sama memperbaikinya. Alkisah, waktu berhasil mengalahkan Raja Persia Darius III (331 SM), Iskandar tidak menghancurkan peradaban Persia. ia menggunakan politi akulturasi, yaitu mempertemukan budaya Barat dan Timur. Bersama itu menyampaikan pesan agar masyarakat hanya menyembah Tuhan Yang Esa. Di Persia dia mengawini putri Raja Darius dan mengambil banyak pengawal dari tentara asli Persia (Iran sekarang).

Cara yang ditempuh Zulkarnain ini menyebabkan kedatangannya disambut baik oleh masyarakat setempat dan tidak dianggap sebagai penjajah. Bahkan ia sering dijadikan tempat mengadu dari kelaliman yang sudah berlangsung lama di daerah itu. Satu kisah terkait ini ada dalam Al Quran. Ketika Zulkarnain sampai di suatu tempat di daerah timur (mungkin sekarang wilayah Cina), ia dilapori bahwa Ya’juj dan Ma’juj menjadi perusak wilayah mereka. penduduk setempat mengusulkan agar Zulkarnain berkenan membuatkan tembok pembatas untuk mengisolasi musuh tersebut, dan ini benar-benar diperhatikan dengan membangun dinding bercor baja. Pendekatan Zulkarnain adalah karunia ilahi yang dipaparkan kepada kita sebagai pelajaran. Kendati ia bukan Rasul, tetapi yang dilakukannya merupakan ilham dan petunjuk langsung dari Allah Yang Maha Bijak. Wallahu a’lam bi shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar