Banyak jalan menuju kiamat ala layar Hollywood. Dalam film The Core
yang tayang di layar bioskop beberapa tahun lalu, peradaban di muka bumi
ini akan segera musnah karena inti bumi tak lagi berputar. Ketika inti
bumi yang membara dan berada di kedalaman 3.000 kilometer berhenti
berputar, planet ini kehilangan medan magnet yang melindunginya dari
badai radiasi matahari.
Josh Keyes, ilmuwan dari University of Chicago, yang diperankan aktor
Aaron Eckhart, bersama timnya ditugasi pemerintah Amerika Serikat
mengebor perut bumi hingga menembus inti planet ini untuk menanamkan
muatan nuklir. Sentakan energi nuklir itu diharapkan membuat inti bumi
kembali berputar. Tapi peristiwa ini hanya terjadi di The Core, yang
disutradarai Jon Amiel. “Film itu hanya menggabungkan sekelumit fakta
dengan sejumlah besar omong kosong,” kata Larry Newitt, peneliti di
Badan Survei Geologi Kanada.
Berbeda dengan kutub utara geografis (menjadi rujukan penentuan
lokasi) yang statis, kutub magnet bumi memang terus berubah. The Core
mungkin hanyalah khayalan Hollywood, tapi fakta bahwa medan magnet bumi
terus melemah memang sungguh-sungguh terjadi. Diperkirakan setiap
seratus tahun kekuatan magnetik bumi berkurang lima persen. “Kami tak
berani menjamin, beribu-ribu tahun dari hari ini, medan magnet bumi itu
masih ada di tempatnya,” Mario Acuna, peneliti medan magnet planet di
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menujum, beberapa waktu lalu.
Tak cuma berkurang kekuatannya, kutub magnet bumi terus beralih
lokasi. Pelaut Inggris, James Clark Ross, menemukan kutub magnet utara
pada 1831 di Cape Adelaide, Semenanjung Boothia, Kanada. Penjelajah
Norwegia, Roald Amundsen, yang mengunjungi kutub utara magnetik 72 tahun
kemudian, menemukan ternyata posisinya sudah bergeser 50 kilometer ke
selatan. Namun kecepatan pergerakan dua kutub jauh berbeda. Kutub utara
magnetik, yang saat ini berada di perairan Arktik di utara Kepulauan
Ellesmere, Kanada, bergerak jauh lebih cepat dibanding pasangannya di
ujung selatan.
Kutub utara, menurut geofisikawan University of Washington, Ronald
Merrill, berpindah posisi dengan kecepatan 40 kilometer per tahun.
Saudaranya, kutub selatan, tak banyak beranjak, hanya bergeser lima
kilometer setiap tahun. Dalam seabad terakhir, kutub utara sudah
bergeser hingga 1.100 kilometer. “Dan terus bertambah cepat,” ujar
Newitt.
Sepanjang abad ke-20, kecepatan rata-rata kutub utara bergeser hanya
10 kilometer setiap tahun ke arah barat laut, menjauhi perairan Arktik,
dan semakin mendekati Siberia di Rusia (lihat infografis).
Paleomagnetis-ahli sejarah magnet bumi-dari Oregon State University, Joe
Stoner, bahkan memperkirakan kutub utara magnetik akan berada di
Siberia dalam setengah abad mendatang.
Apakah ramalan Stoner benar-benar akan terjadi, tak ada yang sanggup
memastikannya. “Mungkin saja ini hanya rotasi sementara sebelum berputar
balik ke arah Kanada,” ujar Stoner. Perubahan kekuatan dan kecepatan
bergerak kutub magnet ditentukan pergolakan inti bumi. Dinamika cairan
logam superpanas dalam perut bumi yang biasa disebut geodinamo inilah
yang mengatur medan magnet di utara dan selatan. Namun tak ada yang
benar-benar tahu, kecuali kisah fiksi Josh Keyes di The Core, apa yang
terjadi di kedalaman 3.000 kilometer perut bumi.
Selama berpuluh tahun diteliti, lapisan-lapisan esnya dibor, kemudian
diuji apa saja kandungan endapan dalam setiap lapisannya, kutub magnet
bumi masih tetap merupakan sebuah misteri besar. Seandainya dapat
menjangkau pun, tak ada makhluk yang bisa bertahan pada suhu sekitar
5.500 derajat Celsius di perut bumi. Tapi dari penelitian itu setidaknya
dapat diketahui bahwa kutub utara magnetik tak selalu berada di utara.
Dalam rentang jutaan tahun umur bumi, sudah ratusan kali kedua kutub
magnet bumi bertukar posisi. Kutub utara loncat ke selatan dan
sebaliknya. Itu berarti jarum kompas pun tak selalu menunjuk ke utara.
Kejadian itu sudah begitu lama berlalu. Terakhir kali kedua kutub
magnet bertukar posisi 780 ribu tahun lampau. Apakah melemahnya kekuatan
magnet dan melonjaknya kecepatan pergeseran kutub utara merupakan
pertanda awal pertukaran posisi kutub magnet? Joe Stoner meragukannya.
“Saya tak melihat buktinya.” Menurut dia, perubahan saat ini kemungkinan
besar hanyalah siklus normal.
Dan kalaupun kedua kutub benar-benar bertukar posisi entah berapa
puluh tahun lagi, tak akan terjadi kiamat bagi kehidupan di bumi. “Kedua
kutub berulang kali bertukar posisi di masa lampau, toh kehidupan tak
berakhir,” kata Glatzmaier, peneliti medan magnet bumi dari University
of California, Santa Cruz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar