NABI ADAM AS
Pertanyaan
saya mengenai surat Al A’raf ayat 19. Ketika disebutkan setelah
diciptakan Adam as berdiam di surga, yang dimaksud surga itu apakah
surga yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala, atau surga di tempat
lain? ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa surga itu tempat yang sangat indah di bu
Dalam kesempatan
ini saya berusaha untuk menganalisa kembali tentang ‘apakah benar bahwa Hawa
sebagai penyebab terusirnya Nabi Adam dari surga?”, dengan mengadakan
perbandingan antara dua kitab suci yaitu al-Qur’an dan Perjanjian Lama
(Taurat). Mungkin sebagian menganggap hal ini merupakan permasalahan yang telah
usang. Namun bagi saya tidak ada salahnya kita kembali menganalisanya masalah
tersebut. Benarkah Hawa sebagai penggoda yang menyebabkan Nabi Adam berbuat
dosa (dosa di sini ialah melakukan yang sebaiknya ditinggalkan atau istilah
lainnya ialah tarkul aula (meninggalkan yang utama untuk kemaslahatan),
bukan dosa dalam artian berbuat haram karena di surga sana belum terdapat
taklif untuk manusia) dan akhirnya terusir dari surga?
Namun sebelum
memasuki pembahasan, terlebih dahulu terdapat satu pertanyaan yang harus kita
jawab sebagai prolog untuk memasuki pembahasan pokok, sehingga permasalahan
menjadi lebih transparan.
Pertanyaan: “Apakah sejak
semula Adam diciptakan untuk tinggal di muka bumi, atau untuk tinggal di
surga?”
Jawab: Sejak semula Nabi
Adam dan Hawa (manusia) telah diciptakan Tuhan untuk tinggal di bumi, bukan
untuk tinggal di surga, sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an
surat al-Baqarah 30 yang berbunyi:
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Dalam ayat di atas
ungkapan “Fil Ardhy” yang artinya dalam bahasa Indonesia ialah “di
muka bumi”. Dalam ayat tadi, Allah swt telah mengatakan kepada para
malaikat bahwa Dia hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, dan
tidak mengatakan untuk tinggal di surga. Hal itu terjadi terjadi sebelum
penciptaan Nabi Adam dan Hawa, yang akhirnya para malaikat protes kepada Allah
swt tentang hal itu, namun Allah swt memberikan jawaban kepada mereka bahwa Dia
lebih mengetahui hal-hal yang tidak diketahui oleh para malaikat. Perihal ini
dapat anda lihat dalam lanjutan ayat di atas.
Namun, sebelum
turun ke muka bumi, Allah telah menempatkan Adam dan Hawa di surga untuk
ditraining dan diuji sebelum memasuki kehidupan dunia yang tentunya lebih sulit
dibanding kehidupan di surga tersebut. Ujian serta training tersebut sebagai
bekal mereka dalam kehidupan di muka bumi. Di sisi lain, para ahli tafsir
Qur’an mengatakan bahwa surga tempat Nabi Adam dan Hawa tinggal bukanlah surga
setelah kiamat. Dengan alasan;
Pertama; Surga pasca
Kiamat penghuninya akan kekal di dalamnya dan tidak akan keluar darinya,
sebagaimana yang dijelaskan dalam beberapa ayat al-Qur’an seperti dalam
surat Fath ayat 5, al-Hadid ayat 12, al-Mujadalah ayat 22, at-Taghabun
ayat 9 dan lain
sebagainya. Sementara surga yang ditempati oleh Nabi Adam dan Hawa,
mereka
tidaklah kekal di dalamnya, buktinya akhirnya mereka keluar dari surga
tersebut.
Kedua; Syetan tidak
dapat masuk ke dalamnya. Sementara surga Nabi Adam dan Hawa dapat dimasuki oleh
syetan yang telah menggoda mereka.
Ketiga; Surga pasca
Kiamat adalah yang disediakan sebagai balasan amal manusia, artinya surga
adalah balasan untuk orang-orang yang telah berbuat baik. Namun surga Nabi Adam
dan Hawa tidak seperti itu, sebelum mereka beramal (taklif) telah dimasukan
ke dalam surga.
Keempat; Surga di akherat
kelak bersifat bebas mutlak untuk para penghuninya. Dalam arti, tidak ada
larangan sedikitpun, berbeda dengan surga Adam-Hawa dimana mereka dilarang
untuk memakan buah Khuldi yang ada di surga tersebut.
Setelah
menyelesaikan prolog di atas, marilah kita memasuki pembahasan pokok yaitu
menjawab sebuah pertanyaan: “Apakah benar Hawa penyebab turunnya Adam dari
surga?” dengan mengadakan study komparatif antara Al-Qur’an dan Perjanjian Lama
.
Apabila kita merujuk
ke kitab suci Al-Qur’an maka jawabannya ialah negative. Terdapat dalam beberapa
surat yang telah menjelaskan penciptaan Nabi Adam dan Hawa dalam al-Qur’an,
seperti dalam surat al-Baqarah dari ayat 34-38, an-Nisa ayat 1, al-A’raf, 19-24
dan Thoha ayat 115-122. Namun yang telah menjelaskan secara terperinci ialah
terdapat dalam surat al-A’raf. Dimana dalam surat tersebut telah dijelaskan
pula sebab terusirnya Nabi Adam dan Hawa dari surga. Dalam surat tersebut telah
dijelaskan pula bahwa sumpah palsu syetan yang menyebabkan mereka dikeluarkan
dari surga. Allah swt telah menegur kedua-duanya (Nabi Adam dan Hawa) atas
perlakuannya. Mari kita perhatikan kandungan ayat-ayat berikut ini, apakah
dapat diambil kesimpulan bahwa Hawa sebagai penyebab turunnya Adam dari surga?:
“(dan Allah
berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta
makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk
orang-orang yang zalim. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada
keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka
yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarang kalian dan
mendekati pohon ini, melainkan supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat atau
tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”. Dan dia (syaitan)
bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang
memberi nasehat kepada kalian berdua. Maka syaitan membujuk keduanya
(untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai
buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya
menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah
Aku Telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu:
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” Keduanya
berkata: “Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi.”(al-A’raf 19-22)
Berdasarkan ayat
di atas, sumpah palsu syetan dengan mengatakan kepada Adama dan Hawa bahwa
sebab pelarangan Tuhan untuk memakan buah tersebut ialah, karena Tuhan tidak
ingin mereka menjadi malaikat dan kekal di dalamnya. Tidak cukup di situ,
bahkan syetan pun telah bersumpah dengan mengatakan bahwa ia melakukan hal itu
karena demi kebaikan mereka berdua. Silahkan kembali cermati secara seksama
ayat di atas!
Lebih jelas lagi terdapat
dalam surat Thoha ayat 117-121 yang berbunyi:
“Maka Kami
berkata: “Hai Adam, Sesungguhnya Ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi
isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari
surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan
kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan Sesungguhnya kamu tidak
akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya. Kemudian
syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam,
maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan
binasa?“. Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah
bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun
(yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian
Tuhannya memilihnya Maka dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.
Keterangan; Yang dimaksud
dengan durhaka di sini ialah melanggar larangan Allah Karena lupa dan dengan
tidak sengaja, sebagaimana disebutkan dalam ayat 115 surat ini. Dan yang
dimaksud dengan sesat ialah mengikuti apa yang dibisikkan syaitan. Kesalahan
Adam a.s meskipun tidak begitu besar menurut ukuran manusia biasa sudah dinamai
durhaka dan sesat, Karena tingginya martabat Nabi Adam a.s. dan untuk menjadi
teladan bagi orang besar dan pemimpin-pemimpin agar menjauhi
perbuatan-perbuatan yang terlarang Bagaimanapun kecilnya.
Mari kita
bandingkan ayat di atas dengan yang terdapat dalam kitab perjanjian lama
(Taurat) yang sudah terjadi banyak penyelewengan berkaitan dengan isinya,
niscaya akan kita dapati bahwa jawabannya adalah positif, Hawa-lah penyebab
terusirkannya Nabi Adam dari surga. Dalam kitab perjanjian lama dalam ‘bab
penciptaan Adam dan Hawa’ telah dijelaskan bahwa Hawa sebagai penyebab
diturunkannya Adam dari surga. Bahkan Tuhan menegur Adam kenapa mengikuti
ucapan istrinya untuk memakan buah terlarang. Dengan kata lain, Hawa yang telah
menyebabkan Nabi Adam melakukan kesalahan. Saya dapatkan hal ini dari
terjemahan (edisi Arab dan juga edisi Persia) Perjanjian Lama. Namun saya
yakin, edisi terjemahan kitab tersebut dapat dipertanggungjawabkan karena
merupakan terjemahan resmi. Dan insyaAllah pemahaman saya dari terjemahan
tersebut tidak akan melenceng dari isinya. Kurang lebih isinya seperti ini:
“Telah berkata
ular kepada wanita (Hawa): “Kenapa telah memerintahkan Tuhan kalian
untuk tidak memakan semua (buah) pepohonan surga? Lantas wanita (Hawa)
tersebut menjawab pertanyaan ular; “Kami memakan buah-buahan pepohonan yang ada
di surga. Namun dari buah pohon yang ada di tengah surga, Tuhan telah
melarang kami untuk memakannya, dan kami tidak boleh mendekatiya karena kami
akan mati. Ular berkata; “Kalian berdua tidak akan mati. Karena
sesungguhnya Tuhan mengetahui bahwasanya setiap saat kalian memakan dari buah
pohon itu, maka mata kalian akan terbuka dan kalian akan menjadi seperti Tuhan,
akan mengetahui kebaikan dan kejahatan. Wanita (Hawa) melihat buah pohon
tersebut baik untuk dimakan dan enak dipandang. Maka ia mengambil dari buah
pohon tersebut dan memakannya, ia memberikan buah pohon tersebut kepada
suaminya (Adam), dan iapun (Adam) memakannya. Maka terbukalah mata mereka,
dan ketika mereka mengetahui dalam keadaan telanjang maka mereka menyambungkan
dedaunan dari pohon tin dan mereka membuat sarung untuk mereka berdua. Di saat
itu terdengarlah suara Tuhan yang sedang berjalan di surga ketika mendekati
sepoi-sepoi angin setelah zuhur. Maka bersembunyilah Adam dan Hawa dari wajah
Tuhan di antara pepohonan surga. Lantas Tuhan memanggil Adam seraya berkata:
“Dimana engkau? Adam menjawab: “Aku mendengar suara-Mu di surga, maka aku takut
karena aku dalam keadaan telanjang , karena aku malu (telanjang) maka aku
sembunyi. Tuhan berkata kepadanya (Adam): “Siapa yang telah memberitahukan
kepadamu bahwa engkau telanjang? Apakah engaku telah memakan buah yang telah
Aku larang untuk tidak memakan darinya? Adam menjawab: “Tuhanku, wanita
(Hawa) ini yang telah Engkau jadikan teman untukku yang telah memberikan buah
dari pohon itu kepadaku lalu aku memakannya. Kemudian Tuhan berkata kepada
wanita (Hawa): “Kenapa engkau melakukan hal ini?. Wanita (Hawa) menjawab: “Ular
itu yang telah menipuku, lalu aku memakannya.” Kemudian Tuhan berkata kepada
Ular: “Karena engkau telah melakukan hal ini, maka akan terlaknatlah (terusir)
engkau dari seluruh binatang dan semua binatang melata. Engkau akan berjalan
pada dadamu dan engkau akan makan tanah selama hidupmu…kemudian Tuhanpun
berkata kepada wanita (Hawa): “Akan kuperbanyak rasa sakitmu, dan
kehamilanmu, engkau akan melahirkan anak dengan rasa sakit dan engkau akan
berada di bawah kekuasaan laki-laki (di bawah perintah laki-laki), serta ia
akan menguasaimu. Dan berkata Tuhan kepada Adam: “Karena engkau telah
menuruti ucapan istrimu, dan engkau telah memakan buah dari pohon yang
telah aku larang untuk memakan darinya, maka setelah itu bumi terlaknat dalam
pekerjaanmu, dengan susah payah engkau akan makan darinya pada seluruh
hari-hari kehidupanmu…lantas Tuhan mengeluarkan Adam dari surga… ” .
Silahkan
bandingkan dengan surat Thaha dari kitab suci al-Qur’an di atas! Dimana syetan
telah menggoda dan membisikan kepada Adam secara langsung (yang ditulis tebal).
Namun dalam Perjanjian Lama, ular (syetan) pertama menggoda Hawa, kemudian Hawa
membujuk Nabi Adam untuk memakan buah khuldi yang akhirnya Adam ditegur oleh
Tuhan karena telah menuruti dan tergoda ucapan istrinya yang akhirnya
menyebabkan ia terusir dari surga. Namun dalam al-Qur’an kedua-duanya telah
ditegur oleh Allah swt, karena baik Nabi Adam maupun Hawa telah tergoda oleh
sumpah palsu syetan. Lihat dalam al-Qur’an sejak semula syetan telah menggoda
Adam dan Hawa dengan mengatakan ‘kalian berdua’ (karena dalam ayat tersebut
menggunakan ‘dhamir mutsana’, yaitu kata ganti orang yang menunjukkan dua
orang) ), bukan syetan hanya menggoda kepada Hawa, lalu Hawa menggoda Nabi
Adam:
“Tuhan kamu tidak
melarang kalian dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kalian berdua tidak
menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”. Dan dia
(syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang
yang memberi nasehat kepada kalian berdua”. Maka syaitan
membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. (al-A’raf 19-21)
Kesimpulan:
·
Dalam
al-Qur’an Hawa bukanlah penyebab Nabi Adam as terusir dari surga, akan tetapi
sejak semula Nabi Adam as pun sebagaimana Hawa telah tertipu oleh sumpah palsu
syetan.
·
Sumpah
palsu ialah; pertama, syetan telah bersumpah bahwa tidaklah Allah swt telah
melarang Nabi Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi melainkan karena Dia
tidak ingin mereka kekal seperti para malaikat. Kedua, syetan bersumpah bahwa
ia melakukan hal ini hanyalah demi kebaikan mereka berdua.
·
Karena
kedua-duanya telah bersalah maka Allah swt menegur kedua-duanya.
·
Namun
dalam kitab Perjanjian Lama, pertama syetan (yang dalam kitab tesebut disebut
ular) menipu Hawa, kemudian Hawa menggoda Nabi Adam untuk memakan buah khuldi.
·
Oleh
karena itu, setelah Tuhan mengetahui pelanggaran atas pelarangannya, pertama
Tuhan menegur Adam. Sewaktu Tuhan menegur Nabi Adam karena kesalahannya, Nabi
Adam mengatakan bahwa perempuan yang Engkau ciptakan untuk jadi temanku (Hawa)
yang telah membujukku untuk memakannya. Jadi, secara tidak langsung Hawa
sebagai penyebab ia berbuat salah dan akhirnya terusir dari surga.
·
Setelah
itu, kemudian Tuhan menegur Hawa, kenapa telah menggoda Adam untuk memakan buah
terlarang?
·
Oleh
karena itu, secara tidak langsung menurut kitab Perjanjian Lama Hawa sebagai
penyebab terusirnya Nabi Adam dari surga, sebagaimana yang selalu kita dengar
selama ini.
Sumber:
Al-Qur’an
Perjanjian
Lama (Taurat) edisi bahasa Arab.
Tafsir
Mizan karya Allamah Thabathabai’
Tafsir
Tasnim, karya Ayatullah jawadi Amuli
Tafsir
Nemuneh, Ayatullah Makarim Syirazi
Catatan:
·
Kenapa
Hawa dinamakan Hawa? Karena ia merupakan ibu para Makhluk hidup (maksudnya
manusia). Karena Hawa berasal dari akar kata ‘Hayun’ yang artinya hidup.
·
Adam
dinamakan Adam, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis dari Imam Shadiq ia
berasal dari akar kata: ‘Adim’ yang artinya bagian permukaan tanah.
Bagi yang dapat
memahami bahasa Arab dapat langsung merujuk sendiri kepada 2 sumber (al-Quran
dan Perjanjian lama edisi Arab) tersebut. Sebenarnya saya ingin sekali melihat
kitab aslinya yang berbahasa Ibrani, namun percuma saja, karena saya sendiri
tidak bisa memahami bahasa Ibrani. Saya pun telah berusaha men-search kitab
Perjanjian Lama yang berbahasa Indonesia di internet, khususnya yang berkaitan
dengan pembahasan ini, namun tidak mendapatkannya. Jalan terakhir saya
menggunakan rujukan saya ke kitab Perjanjian Lama edisi bahasa Arab dan Persia.
(Argumen
Teks Penguat Terakhir)
Namun begitulah
kenyataannya di berbagai ayat-ayat suci al-Quran, pedoman primer orang yang
mengaku sebagai muslim. Sepintas, sepertinya saya ini sangat berambisius sekali
mengafirmasikan bahwa bukanlah Hawa yang telah membuat Nabi Adam as terusir
dari surga, seperti mitos yang kita dengar selama ini. Mitos yang tidak
bersumber dari sumber-sumber primer dan sekunder kaum muslimin yang dapat
dipertangggungjawabkan melalui jalur ilmiah. Sebagaimana pada artikel-artikel
sebelumnya, kita telah membahas tentang tema ini dengan melihat pandangan
al-Qur’an dan kitab Perjanjian Lama dengan membuat perbandingan di antara
keduanya. Konklusi dari kajian komparatif antara kedua kitab suci ini ialah
bahwa dalam kitab Perjanjian Lama, Hawa (Eva) sebagai penyebab terusirnya Nabi
Adam as dari surga. Sedang kitab suci al-Qur’an dengan tegas telah menafikan
hal itu, dan menganggap Setan sebagai penyebab terusirnya mereka.
Ketika saya
membuka-buka kembali kitab suci al-Quran, mata saya tertuju pada surat
al-A’raf ayat 27 dimana dengan sangat gamblang menjelaskan tentang hal
ini. Dalam
ayat ini, Allah swt mengatakan bahwa Setanlah yang telah mengeluarkan
Adam dan
Hawa dari surga; “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu
oleh setan sebagaimana ia Telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari
surga,
ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada
keduanya
‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan
suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami Telah
menjadikan
setan-setan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman”.
Al-Qur’an dengan
sangat jelas mengatakan bahwa Setan-lah yang telah mengeluarkan ibu-bapa
manusia yakni Adam as (dan Hawa) dari surga, bukan Hawa, ibu kaum manusia. Dan
ketika kita dapati beberapa hadis-hadis –yang tidak ada jaminan kebenaran dan
keterjagaannya dari pendustaan- yang sebagai sumber sekunder (pasca al-Quran)
yang bertentangan dengan al-Quran yang dijamin keotentikannya dan
keterjagaannya dari pendustaan, maka saya kira sepakat semua kelompok muslimin
dalam menindaklanjuti hadis-hadis israiliyat semacam itu, membuangnya jauh-jauh
dari ensiklopedia hadis Nabi saww.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar