Iskandar zulkarnaen
ZULKARNAIN dalam Bahasa Arab yang dalam
Bahasa Indonesianya berarti “bertanduk dua” atau mempunyai dua tanduk.
Sebuah gelar yang mengacu kepada hewan sapi misalnya, yang mempunyai
senjata alat bela diri berupa dua tanduk di kepalanya. Tokoh yang
mempunyai nama asli Iskandar, atau dalam ungkapan Barat disebut
Alexander, kisah keberhasilannya menyatukan dua dunia Barat dan Timur
dimuat dalam Al Qur’an surat Al Kahfi. Iskandar Zulkarnain, Alexander
The Great atau Alexander Agung yang hidup 356-326 sebelum kelahiran Nabi
Isa, salah seorang Maharaja Macedonia, Yunani Kuno. Ayahnya Raja Philip
putra Amytas II. Pada usia 13, selama dua tahun berguru pada
Aristoteles (384-322 SM), seorang filusuf kenamaan yang dikenal hingga
kini. Pada usia 19 tahun, Iskandar sudah dilantik sebagai Raja (336 SM).
Kisah Zulkarnain melegenda di dunia dan
selalu dikaitkan dengan kebesaran, kekuasaan dan kebijaksanaan. Allah
menurunkan firman tentang Zulkarnain antara lain menjawab pertanyaan
kafir Quraisy yang ingin menguji kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Orang Mekkah pra-Islam sesungguhnya tidak tertarik dengan kisah ini
karena mereka adalah masyarakat “picik” yang kurang dikenal dalam
pergaulan dunia. Pertanyaan tentang Alexander dan pemuda pengelana
Ashabul Kahfi merupakan titipan orang Yahudi di Madinah. Mereka lah yang
tertarik dengan kisah ini. Ternyata jawaban Al Quran jauh lebih dari
yang mereka butuhkan.
Iskandar Zulkarnain memang pribadi yang
bisa dijadikan uswah bagi umat manusia. Usianya yang muda dengan
kekuasaan yang besar dan bekal ilmu yang cukup, mendukung ambisinya yang
kuat untuk mengembangkan keluhuran nilai kemanusiaan. Dalam masa
pemerintahannya yang hanya sepuluh tahun, Iskandar mampu mengembangkan
daerah kekuasaannya dari Barat (pantai Samudera Atlantik) sampai ke
Timur (tepi Samudera Pasifik). Dalam Al Quran diungkap sebagai maghribassyamsi, tempat terbenam matahari dan mathli’assyamsi, tempat terbit mataharSekarang ini dikenal dengan Maroko dan Spanyol di ujung barat dan India serta Cina di ujung Timur.
Sukses Alexander dalam masa kerja 10
tahun ini, terbukti merupakan periode ideal setiap pemimpin menduduki
kursi yang sama. Rasulullah SAW sendiri masa efektif kerasulannya di
Madinah ternyata juga hanya sepuluh tahun. Kendati menaklukkan negara
lain, Zulkarnain tidak serta-merta menghancurkannya sebagaimana umumnya
yang dilakukan penjajah. Tapi dia malah menjalin kerja sama
memperbaikinya. Alkisah, waktu berhasil mengalahkan Raja Persia Darius
III (331 SM), Iskandar tidak menghancurkan peradaban Persia. ia
menggunakan politi akulturasi, yaitu mempertemukan budaya Barat dan
Timur. Bersama itu menyampaikan pesan agar masyarakat hanya menyembah
Tuhan Yang Esa. Di Persia dia mengawini putri Raja Darius dan mengambil
banyak pengawal dari tentara asli Persia (Iran sekarang).
Cara yang ditempuh Zulkarnain ini
menyebabkan kedatangannya disambut baik oleh masyarakat setempat dan
tidak dianggap sebagai penjajah. Bahkan ia sering dijadikan tempat
mengadu dari kelaliman yang sudah berlangsung lama di daerah itu. Satu
kisah terkait ini ada dalam Al Quran. Ketika Zulkarnain sampai di suatu
tempat di daerah timur (mungkin sekarang wilayah Cina), ia dilapori
bahwa Ya’juj dan Ma’juj menjadi perusak wilayah mereka. penduduk
setempat mengusulkan agar Zulkarnain berkenan membuatkan tembok pembatas
untuk mengisolasi musuh tersebut, dan ini benar-benar diperhatikan
dengan membangun dinding bercor baja. Pendekatan Zulkarnain adalah
karunia ilahi yang dipaparkan kepada kita sebagai pelajaran. Kendati ia
bukan Rasul, tetapi yang dilakukannya merupakan ilham dan petunjuk
langsung dari Allah Yang Maha Bijak. Wallahu a’lam bi shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar